PENDAHULUAN
Kedatangan Islam ke wilayah Asia Tenggara diduga karena proses perdagangan dan bukan melalui proses penaklukan suatu wilayah. Hal ini bisa dilihat dari peranan wilayah Asia Tenggara pada saat itu sebagai salah satu jalur perdagangan yang diminati oleh para pedagang. Jalur perdagangan itu masyur dikenal sebagai jalur sutra laut yang membentang dari mulai Laut Merah- Teluk Persia- Gujarat- Bengal- Malabar- Semenanjung Malaka- hingga ke China.
Teori-teori masuknya islam ke Asia Tenggara sebagaimana yang telah masyur adalah ada tiga kemudian berkembang menjadi empat pada saat ini, yaitu:
a. Teori Arab
b. Teori India
c. Teori Persia, dan
d. Teori China
Dengan keberadaan jalur perdagangan ini, memudahkan dalam penyebaran agama islam, terutama di wilayah pesisir pantai hingga akhirnya masuk ke wilayah pedalaman. Selain itu penguasaan wilayah pesisir oleh komunitas muslim pada saat itu semakin mempermudah penyebarluasan dakwah dan syiar islam kepada penduduk pribumi.
Dalam studi penyebaran Islam di wilayah daratan Asia Tenggara yang meliputi Thailand, Myanmar dan Indocina, pola penyebaran melalui perdagangan sangat dominan sekali. Selain itu adanya emigrasi suatu penduduk untuk mendiami wilayah baru di daratan Asia Tenggara ikut pula mempengaruhi proses penyebaran agama islam seperti contohnya di wilayah Indocina.
Maka dalam pembahasan kali ini akan mengkaji penyebaran agama islam di wilayah daratan Asia Tenggara dengan fokus kajian di wilayah Thailand, Myanmar dan Indocina.
Kedatangan Islam ke wilayah Asia Tenggara diduga karena proses perdagangan dan bukan melalui proses penaklukan suatu wilayah. Hal ini bisa dilihat dari peranan wilayah Asia Tenggara pada saat itu sebagai salah satu jalur perdagangan yang diminati oleh para pedagang. Jalur perdagangan itu masyur dikenal sebagai jalur sutra laut yang membentang dari mulai Laut Merah- Teluk Persia- Gujarat- Bengal- Malabar- Semenanjung Malaka- hingga ke China.
Teori-teori masuknya islam ke Asia Tenggara sebagaimana yang telah masyur adalah ada tiga kemudian berkembang menjadi empat pada saat ini, yaitu:
a. Teori Arab
b. Teori India
c. Teori Persia, dan
d. Teori China
Dengan keberadaan jalur perdagangan ini, memudahkan dalam penyebaran agama islam, terutama di wilayah pesisir pantai hingga akhirnya masuk ke wilayah pedalaman. Selain itu penguasaan wilayah pesisir oleh komunitas muslim pada saat itu semakin mempermudah penyebarluasan dakwah dan syiar islam kepada penduduk pribumi.
Dalam studi penyebaran Islam di wilayah daratan Asia Tenggara yang meliputi Thailand, Myanmar dan Indocina, pola penyebaran melalui perdagangan sangat dominan sekali. Selain itu adanya emigrasi suatu penduduk untuk mendiami wilayah baru di daratan Asia Tenggara ikut pula mempengaruhi proses penyebaran agama islam seperti contohnya di wilayah Indocina.
Maka dalam pembahasan kali ini akan mengkaji penyebaran agama islam di wilayah daratan Asia Tenggara dengan fokus kajian di wilayah Thailand, Myanmar dan Indocina.
Bukti-bukti fisik atau artefak yang
menunjukkan awal Islamisasi di Indonesia yaitu antara lain:
a. Penemuan sebuah batu nisan bertuliskan huruf Arab ditemukan di Leran (dekat Gresik). Batu bersurat ini menggunakan huruf dan bahasa Arab, yang sebagian tulisannya telah rusak. Batu nisan ini memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 475 Hijriah (1082 M).
b. Ditemukan Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatra Utara (di pantai timur laut Aceh utara) yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297 M.
c. Ditemukannya sebuah batu nisan dengan tulisan-tulisan Arab yang bertarikh 822 H (1419 M) ditemukan di Gresik (Jawa Timur). Batu nisan ini menjadi tanda makam Syekh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan makam seorang saudagar Islam yang mengadakan kegiatan penyiaran Islam di Pulau Jawa. Berdasarkan sumber-sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa agama Islam sudah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M. Namun, agama Islam mulai menyebar sekitar abad ke-13 yang ditandai dengan berdirinya Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam yang pertama. Bentuk batu nisan makam Maulana Malik Ibrahim (822 H/1419M), di Gresik Jawa Timur, memiliki kesamaan dengan bentuk batu nisan yang ada di Cambay, Gujarat India. Diperkirakan batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat ke Wilayah Nusantara yang beriringan dengan penyebaran Islam.
d. Penemuan serangkaian batu nisan yang sangat penting ditemukan di kuburan-kuburan di Jawa Timur, yaitu di Trowulan dan Troloyo, dekat situs istana Majapahit. Batu nisan itu menunjukkan makam-makam orang muslim, namun lebih banyak menggunakan angka tahun Saka India dengan angka Jawa Kuno daripada tahun Hijriah dan angka Arab. Batu nisan yang pertama ditemukan di Trowulan memuat angka tahun 1290 Saka (1368-1369 M). Di Troloyo ada batu-batu nisan yang berangka tahun antara 1298 1533 Saka (1376 1611 M). Batu-batu nisan ini memuat ayat-ayat Al-Qur an.
a. Penemuan sebuah batu nisan bertuliskan huruf Arab ditemukan di Leran (dekat Gresik). Batu bersurat ini menggunakan huruf dan bahasa Arab, yang sebagian tulisannya telah rusak. Batu nisan ini memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 475 Hijriah (1082 M).
b. Ditemukan Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatra Utara (di pantai timur laut Aceh utara) yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297 M.
c. Ditemukannya sebuah batu nisan dengan tulisan-tulisan Arab yang bertarikh 822 H (1419 M) ditemukan di Gresik (Jawa Timur). Batu nisan ini menjadi tanda makam Syekh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan makam seorang saudagar Islam yang mengadakan kegiatan penyiaran Islam di Pulau Jawa. Berdasarkan sumber-sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa agama Islam sudah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M. Namun, agama Islam mulai menyebar sekitar abad ke-13 yang ditandai dengan berdirinya Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam yang pertama. Bentuk batu nisan makam Maulana Malik Ibrahim (822 H/1419M), di Gresik Jawa Timur, memiliki kesamaan dengan bentuk batu nisan yang ada di Cambay, Gujarat India. Diperkirakan batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat ke Wilayah Nusantara yang beriringan dengan penyebaran Islam.
d. Penemuan serangkaian batu nisan yang sangat penting ditemukan di kuburan-kuburan di Jawa Timur, yaitu di Trowulan dan Troloyo, dekat situs istana Majapahit. Batu nisan itu menunjukkan makam-makam orang muslim, namun lebih banyak menggunakan angka tahun Saka India dengan angka Jawa Kuno daripada tahun Hijriah dan angka Arab. Batu nisan yang pertama ditemukan di Trowulan memuat angka tahun 1290 Saka (1368-1369 M). Di Troloyo ada batu-batu nisan yang berangka tahun antara 1298 1533 Saka (1376 1611 M). Batu-batu nisan ini memuat ayat-ayat Al-Qur an.
Tempat Penyebaran Masuknya Agama
Islam
Berita-berita dari bangsa asing
menunjukkan bahwa para pedagang Islam diperkirakan pertama kali datang ke
Indonesia pada abad ke-7 M, yaitu ketika berkuasanya Kerajaan Sriwijaya. Pada
saat itu, di pusat Kerajaan Sriwijaya telah dijumpai perkampungan-perkampungan
pedagang Arab. Menurut berita Ibn Hordadzbeth (844-848 M), pedagang Sulaiman (902
M), Ibnu Rosteh (903 M), Abu Yazid (916 M),
dan ahli geografi Mas’udi (955 M), Kerajaan Sriwijaya (Sribu a) berada di bawah
kekuasaan Raja Zabag yang kaya dan menguasai jalur perdagangan dengan Kerajaan
Oman. Dari Sribu a, para pedagang Arab memperoleh kayu gaharu, kayu cendana,
kapur barus, gading, timah, kayu hitam, kayu sapan, dan rempah-rempah (cengkeh,
lada, pala dan merica). Pedagang-pedagang Gujarat dari India yang datang ke
Indonesia bukan hanya untuk berdagang, tetapi juga untuk menyebarkan agama yang
mereka anut. Di samping itu, para saudagar yang datang dari Persia juga ikut
menyebarkan agama Islam di Indonesia.
Di Indonesia penyebaran agama islam melalui tokoh agama (wali songo), dengan demikian wali songo dapat menyebarkan agama islam semakin meluas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar